Kata Bijak Confucius | Rinten ndalu tansah kinanthi Gusti
Home » » Kata Bijak Confucius

Kata Bijak Confucius

Oleh aspeknasjateng on Sabtu, 01 Juni 2013 | 07.18

kata kata bijak confucius
Nabi bersabda, “Jangan khawatir orang tidak mengenal dirimu, khawatirlah kalau (kau) tidakdapat mengenal orang lain”

“Bila mengerti berlakulah seperti orang mengerti, bila tidak mengerti berlakukah sebagai orang yang tidak mengerti. Itulah yang dinamakan ‘mengerti’

“Belajar tanpa berpikir, sia – sia. Berpikir tanpa belajar, adalah berbahaya”

“Ada tiga ratus sajak lebih isi daripada kitab sajak, tetapi dapat diringkas menjadi satu kalimat: ‘Pikiran jangan sesat”

“Orang yang sampai usia 40 tahun masih suka berbuat buruk, sepanjang hidupnya akan berbuat demikian”

Orang tidak boleh tidak tahu malu. Malu bila tidak tahu malu, menjadikan orang tidak menanggung malu”

“Seorang yang pandai memutar kata – kata dan bermanis muka, sesungguhnya jarang berperi cinta kasih”

“Pangeran Siap berkata kepada nabi Kongcu. “Di daerahku ini ada seorang yang sangat jujur, tatkala ayahnya mencuri kambing, anaknya datang mengadukannya”
“Nabi Kongcu berdabda, “Orang – prang jujur di daerah lain, seorang ayah melindungi anaknya dan seorang anak melindungi ayahnya. Di dalam perbuatan itulah terletak kejujuran”

“Kalau seseorang dapat meluruskan diri, apa sukarnya mengurus pemerintahan? Kalau tak dapat meluruskan diri bagaimanakah mungkin meluruskan orang lain?”

“Carilah dan engkau akan mendapatkannya. Sia siakan lah dan engkau akan kehilangan. Inilah mencari yang berfaedah untuk didapatkan, dan carilah itu di dalam diri”

“Mengabdi kebada siapakah yang terbesar? Mengabdi kepada orang tua itulah yang terbesar. Menjaga apakah yang terbesar? Menjaga diri itulah yang terbesar. Orang yang tidak kehilangan dirinya dan dapat menbagdi kepada orang tuanya, aku pernah mendengar. Tetapi orang yang kehilangan dirinya dapat mengabdi kepada orang tuanya, aku belum pernah mendengar”

“Di antara alat tubuh manusia yang harus dijaga, tiada yang lebih baik dari orang – orangan mata. Angguta tubuh ini tidak dapat menutupi kejahatan. Bila seseorang itu hatinya lurus, orang – orangan mata (sepasang mata) itu akan bersinar – sinar. Sebaliknya bila seseorang itu hatinya tidak lurus, orang – orangan mata itu akan pudar. Maka dengarkanlah kata – katanya dan lihatlah orang – orangan matanya. Bagaimanakah orang dapat merahasiakan isi hatinya?”

“Orang yang oleh iman lalu sadar, dinamai hasil perbuatan. Watak sejati. Dan orang yang karena sadar lalu beroleh iman, dinamai hasil mengikut agama. Demikianlah iman itu menjadikan orang sadar dan kesadaran itu menjadikan orang beroleh iman”

“Menjalankan, tetapi tidak mengerti maksudnya; berkebiasaan tetapi tidak mau memaksa, sepanjang hidup mengikuti tetapi tidak mengenal jalan suci, begitulah kebanyakan orang”

“Maka kata – kata yang tidak senonoh itu akan kembali kepada yang mengucapkannya, begitu pula kekayaan yang diperoleh dengan tidak halal itu akan habis dengan tidak karuan”

“Orang zaman dahulu yang hendak menggemilangkan kebajikan Yang Bercahaya pada tiap umat di dunia itu, ia lebih dahulu berusaha mengatur negerinya.
Untuk mengatur negerinya, ia harus lebih dahulu membereskan rumah tangganya.
Untuk membereskan rumah tangganya, ia harus lebih dahulu membina dirinya.
Untuk membina dirinya, ia harus lebih dahulu meluruskan hatinya.
Untuk meluruskan hatinya, ia harus lebih dulu mengimankan tekadnya.
Untuk mengimankan tekadnya, ia harus lebih dulu mencukupkan pengetahuannya.
Dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia harus meneliti hakikat tiap perkara”

“Gemar akan hal yang dibenci orang dan benci akan hal yang disukai orang, itulah memutar balikkan watak sejati, maka akan membahayakan diri”

“Firman itu sesungguhnya tidak berlaku segalanya, maka dikatakan yang berbuat baik akan mendapat dan yang berbuat tidak baik akan kehilangan”

Didalam kitab kerajaan Cho dituliskan: “Negeri Cho tidak memandang suatu benda sebagai mustika, hanya kebaikan sajalah yang dipandang sebagai mustika”

“Seorang Kungcu (sebutan untuk pengikut / murid Confucius) mengutamakan kepentingan umum, bukan kelompok. Seorang rendah budi mengutamakan kelompok, bukan kepentingan umum”
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS